Malam itu, setelah nyaris dua jam menunggu untuk masuk ke ruang dokter, akhirnya giliran pemeriksaan tiba. Setelah pemeriksaan terjadi secuil dialog singkat antara si dokter dan kakak sepupu. Pak dokter yang memulai melempar pertanyaan...
Pak, kenapa ya bangsa ini nggak bisa ngejar ketertinggalan teknologi? Apa nggak ada riset di negeri ini? Trus ngapain aja para peneliti negeri ini?
Kalo masalah riset teknologi, para peneliti di negeri ini bisa melakukan itu dan ada yang melakukan laaah. Namun sepertinya para stake holder, bukan hanya para akademisi lho, lebih suka main-main proyek yang mendatangkan keuntungan (duit) lebih gedhe. Pun ternyata sistem riset di negeri ini kurang terarah. Penelitian banyak, namun nggak terintegrasi jadi kesannya jadi penelitian yang parsial, nggak menyeluruh mengarah pada satu titik tertentu. Tiap-tiap peneliti punya agenda sendiri-sendiri.
Perusahaan bermodal besar, memiliki fungsi "applikator" hasil penelitian. Perusahaan dituntut memiliki teknologi sendiri sebagai salah senjata unggulan dalam medan laga industri. Perusahaan bisa (atau harus) mendorong adanya penelitian, toh nanti pada akhirnya perusahaan juga yang merasakan keuntungan. Ketika perusahaan semakin besar, imbasnya juga akan dirasakan bangsa ini melalui pajak, penciptaan lapangan kerja, devisa, bahkan mungkin kebanggan nasional.
Menilik contoh beberapa negara tetangga...
Di Jepang, pemerintah mengharuskan perusahaan di situ memiliki beberapa porsi riset teknologi yang harus dilakukan di Jepang dan tentunya oleh akademisi lokal. Kalau berkaca secara umum dari sejarah perkembangan teknologi otomotif, Jepang bukanlah yang kali pertama menemukan teknologi mesin otomotif, namun kenyataannya hari ini, Toyota, Honda, Nissan, Yamaha dkk jadi para pemain utama di dunia otomotif. Jepang yang nggak boleh bikin pesawat, ternyata kereta apinya malah kencang bagai pesawat.
Melirik negara sebelah yang sering kita olok-olok, awalnya belajar teknologi otomotif dari Inggris, jadi inget pembelian Lotus oleh Proton. Sekarang sudah mulai ada tanda-tanda Proton akan bergabung ikut party di negeri ini bareng BMW, Mercy, Toyota, Suzuki, dkk. Indonesia punya apa?
Karena saya paling suka dengan balap, ini mungkin bisa jadi sekelumit contoh kebanggan sebuah negara jika memiliki teknologi. Banyak orang udah pada tahu balap motogp, pada kelas balap moto3, terdapat 3 pemain utama di situ. Para pemain itu adalah KTM, Honda, dan Mahindra. Bagi kita mungkin akan awam dengan nama terakhir, karena itu memang mesin bernama khas India. Pada tahun 2011 (kalo ga salah) para pembalap penggeber mesin Mahindra masih tercecer di belakang, kalah dengan dominasi KTM dan Honda. Namun tahun ini mulai terbuka jalan lebar bagi Mahindra, para jockey dan manajer tim udah melihat bukti, beberapa kali mesin Mahindra sanggup bersaing di barisan depan. Kabar terakhir ada tim yang berminat pindah supplier dari Honda ke Mahindra.
Secuil kisah tentang pesawat bikinan negeri ini yang digadang-gadang jadi harapan adanya nama Indonesia di bidang teknologi, khususnya bifsng dirgantara, ternyata juga agak buram. Dulu waktu SMA, saya sangat bangga, bahwa pesawat bikinan negeri ini, CN235 dan N250 menjelajah angkasa negeri lain. Memang hanya menggunakan rotor, bukannya mesin jet, namun pada kondisi tertentu (mestinya) mesin rotor memiliki keunggulan tersendiri dan titik itulah yang dioptimalkan. Analogi: mobil ferarri emang kencang, tapi kalo adu balap di sawah, mending saya pilih traktor, biar lambat tapi bisa jalan di sawah.
Bagaimanapun juga, berbagai ketidakberesan negeri ini akan bisa terselesaikan hanya jika pemerintah memiliki inisiatif dan kemauan kuat untuk berubah. Kita sebagai warga negara pasti dan mau nggak mau akan ikut berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar